Cerita Sex Full Foto Pelecehan Seksual Dokter Amoy Muda Yang Belagu Dan Sombong

Cerita Hot Nikmat Memperkosa Dokter Montok dongeng bergambar dokter sombong di perkosa - Janda-janda super Dokter Sinta Diperkosa Rame Rame Akibat Matre dan Sombong oleh Mariska Shinta Seorang dokter perempuan muda keturunan Tionghoa menceramahi Yoga begitu ia masuk ke dalam kamar periksa. Yoga yang mencicipi badannya masih sakit, berjalan terpincang hanya bisa membisu tidak menjawab.

Cerita Hot Nikmat Memperkosa Dokter Montok dongeng bergambar dokter sombong di perkosa  Cerita sex full foto Pemerkosaan Dokter Amoy Muda yang Belagu dan sombong“Saya perhatikan cuma kalian belum dewasa muda orisinil kawasan sini saja yang suka balapan liar. Apa udah gak sayang sama nyawa kalian..?

Dokter muda itu masih terus berceloteh. Yoga berusaha tetap cool dengan celotehan pedas itu. Kalau diikutkan perasaan, hatinya memang panas dihina bergitu. Tapi sebab badannya sakit dan lutut serta sikutnya tengah dibalut dengan perban sebab terjatuh dari motor maka beliau mengambil perilaku diam.

Yoga teringat insiden malam tadi dikala beliau dan teman-temannya berlomba balapan motor liar di jalanan malam kota. Nasibnya malang sebab tergelincir di tikungan dan badannya terhempas ke jalan aspal yang keras. Badan, lutut dan sikunya memar serta mengeluarkan banyak darah. Nasib baik helm yang dipakainya tidak terlepas tetap melindungi kepalanya, jika tidak kepalanya mungkin bisa bocor.

Yoga menentukan untuk menerima perawatan di sebuah klinik dokter umum. Dia enggan ke rumah sakit sebab para suster di sana niscaya akan menyindir hobinya itu. Tapi tak disangkanya, di klinik dokter umum ini pun sang dokter meyinggung-nyinggung hobinya itu. Dokter keturunan cina muda itu sungguh anggun dan Toge.. yupzz bahkan toket gedenya teramat sangat masih kenceng, maklumlah mungkin beliau masih perawan. Dokter ini pantas jadi seorang model, fikir Yoga.

“Duduk, anda sakit apa?” Tanya dokter muda itu.

Yoga berjalan perlahan sambil memandang ke dinding di belakang dokter yang menggunakan baju dokter warna putih. Di dalam sebuah figura terlihat ijazah dokter ini. Dr. Sinta Angeline Chie.

“Saya sakit di sini dokter,” jawab Yoga aib sambil menunjukkan selangkangannya.

“Memangnya kenapa?” tanya sang dokter.

“Terjepit resleting dokter,” jawab Yoga terputus-putus menahan malu.

“Coba anda buka celananya dan berbaring di sana,” sambil tangannya menunjukkan sebuah tempat tidur kecil yang dijadikan tempat pemeriksaan.

Yoga membuka celana yang dipakainya dan berbaring di tempat tidur investigasi menyerupai yang diarahkan oleh si dokter Tionghoa tersebut.

Dr. Sinta menyelidiki sambil memegangi batang kontol Yoga dengan tangannya yang terbungkus sarung tangan karet.

“Ini salah kau sendiri. Kalau saja kau tidak membuang kulit yang membungkusi kepala penismu ini tentu tidak akan begini jadinya.” Dr. Sinta bersuara sambil mengelusi kepala licin kontol Yoga yang lecet.

Yoga berfikir. Salahkah saya sebab saya disunat. Dokter cina ini menyalahkan saya sebab kulit kulupku telah dibuang.

“Anda tak tau kan, kulit kulup berfungsi untuk melindungi kepala penis. Kalau kulupnya dibuang itu emangnya untuk apa?” Dr. Sinta masih mengomel.

“Saya suka perempuan-perempuan kalian, kepala mereka ditutup dengan baik. Tapi saya tak suka penis kalian, kulit epilog kepala malah dibuang.”

Yoga sungguh geram dikala kontolnya dihina menyerupai itu oleh sang dokter. Namun perasaan marahnya tidak ditunjukkan sebab lukanya sedang diperiksa. Kalau gak bisa nahan emosi udah diterjang dokter cina itu. Malunya semakin menjadi dikala sang asisten dokter tersebut senyum-senyum ketika Dr. Sinta terus-terusan mengomel.

“Susi! Kalau Suami kau disunat gak?”

“Enggak, dokter,” jawab Susi yang tampak dari penampilannya berasal dari Papua.

“Kamu suka yang disunat atau gak disunat?” tanya Dr. Sinta lagi.

“Saya tak permasalahkan itu dokter. Asalkan kontol itu bisa bangkit cukup keras dan bisa memuaskan saya.” Jawab Susi ringan.

Yoga geram. Dokter ni mau mengobatinya yang lagi kesakitan ini atau malah mau mengobrol dengan asistennya.

“Saya jika nikah nanti mau pilih yang tak disunat,” Dr. Sinta berceloteh tanpa rasa aib kepada Yoga yang sedang dirawatnya. Atau dokter amoy ini memang sengaja ingin memojokkan Yoga.

“Kalau ternyata beliau disunat kemudian bagaimana dokter?” tanya Susi.

“Sebelum dinikahi, saya niscaya akan periksa kontolnya terlebih dulu. Saya perlu uji keperkasaannya.”

“Dokter tak duduk kasus jika nanti dikala malam pertama dokter sudah tidak virgin lagi?”

“Sekarang pun saya sudah tak virgin.” Oceh ekspresi tipis dokter muda itu.

Yoga hanya membisu saja di atas ranjang pemeriksaan. Perasaan geramnya masih bersisa. Rasa aib dan terhina muncul sepanjang dokter bermata sipit itu berceloteh menganggap rendah kontol miliknya. Sang dokter terus menyapu cairan obat ke cuilan kepala kontol yang terluka. Yoga merasa pedih ketika obat diusapkan. Sensasi geli juga ada ketika kapas obat merayap di kepala kontolnya.

“Okay, dah selesai. kontolmu ini berukuran kecil sekali. Tak ada perempuan yang suka.” Sempat pula dokter muda ini menyepet Yoga dengan sinis.

Emosi Yoga kembali tersulut bara api. Ngomongnya sih pelan tapi dalem… Mungkin jika beliau tidak sedang sakit waktu itu juga dokter cina itu akan diperkosanya. Kata-kata dokter tersebut melukai perasaannya. Yoga merasa terhina.

“Aku merasa terhina dengan dokter haram sialan itu.” Yoga menceritakan insiden yang menimpanya kepada Reza kawannya seminggu sehabis pemeriksaan.

“Lalu kini kau mau ngapain?” tanya Reza.

“Aku mau balas dendam, semoga beliau rasakan batang kontolku ni,” Yoga masih menyimpan amarah.

“Kau mau ikut aku?” tanya Yoga.

“Bolehlah, saya ingin menjajal liang bool tuh amoy.”

Jam sepuluh malam itu Yoga dan Reza sedang menunggu di depan klinik Dr. Sinta. Satu persatu asisten dokter tersebut meninggalkan klinik. Sepuluh menit mengamati munculah Dr. Sinta. Dia sedang memegangi kunci untuk menutup kliniknya. Lalu dengan cepat Yoga dan Reza menerobos dan memegangi sang dokter muda dari belakang. Sambil mulutnya dibekap tubuh dokter tersebut didorong masuk ke dalam klinik.

Yoga dibantu Reza menarik dokter amoy tersebut ke dalam ruang periksa pasien. Lampu dinyalakan terperinci dan dokter tersebut dibaringkan di atas tempat tidur untuk menyelidiki pasien. Yoga mengeluarkan pisau kecil yang disimpan dalam sakunya dan ujungnya dirapatkan ke pipi licin sang dokter.

“Kalau kau menjerit pisau ini akan menoreh pipimu yang anggun ini.” Yoga memberi bahaya kepada Dr. Sinta.

“Kalau mau selamat ikuti saja perintah kami,” sambung Reza.

Dengan penuh ketakutan Dr. Sinta mengikuti saja bahaya mereka tanpa berupaya melawan. Dua orang laki-laki lokal yang berbadan kekar ini bisa melaksanakan apapun kepada dirinya. Yoga memegang erat paha Dr. Sinta yang menggunakan rok pendek berwarna hitam. Dr. Sinta hanya memejamkan matanya dikala kancing bajunya di copot satu persatu .. hingga tampaklah toket gede dokter amoy itu.

Lalu rok mininya yang berwarna hitam diangkat jemari Yoga keatas. Airmata mulai jatuh keluar dari kelopak matanya dikala Yoga kemudian menanggalkan rok yang dipakainya itu sehingga menampilkan paha dan batang kakinya yang amat putih namun memeknya masih di bungkus celana dalam berwarna cream. Yoga menjilati paha dokter amoy itu sebab terangsang menikmati pemandangan indah di hadapannya.


“Minggu kemudian kau menghina burungku. Kau bilang burung bersunat jelek rupa. Kau bilang lagi burungku kecil, tak ada perempuan mau. Sekarang saya mau kau rasakan burung milikku ini.”

Dengan perasaan yang masih takut Dr. Sinta mulia teringat pada lelaki di hadapannya. Dr. Sinta masih ingat cowok yang mengangkang dan dirawatnya disini sebab kepala penisnya terjepit resleting. Dr. Sinta kemudian mulai menyesal kerana telah menghina cowok ini. Tak disangkanya cowok ini berdendam kepadanya.

Lalu Dokter sinta disuruh berdiri, sehabis berdiri di doronglah dokter sinta ke tembok, hingga ia terpojok di tembok itu sehabis itu dibukalah baju dinas dokter Sinta yang berwarna putih itu… dan kini dokter sinta hanya mengenakan Celana Dalamnya yang berwarna cream, beliau hanya bisa pasrah bersender di tembok sambil menutup mukanya.


Kenudian dokter sinta kembali di baringkan di tempat tidur tadi dan Akhirnya hanya celana dalam Dr. Sinta yang berwarna cream itu yang menutupi tubuh mulusnya. Yoga pun menciumi dari ujung kaki hingga hingga ke celana dalam Dr. Sinta.

Mengeliat-geliat lah Dr. Sinta diperlakukan begitu. Yoga kemudian menarik turun celana dalam Dr. Sinta dan menampakkan gundukan memek putih yang tertutupi dengan bulu-bulu halus warna hitam dan amat mennggairahkan.

Yoga pun terus mengarahkan mukanya ke celah belahan memek dari Dr. Sinta dan menjilat-jilatnya dengan penuh nafsu. Mengeliat-ngeliat Dr. Sinta diperlakukan begitu. Memeknya terasa geli dijilati Yoga. Walau pun tanpa kerelaan tapi pengecap Yoga yang menyiksa kelentitnya menciptakan nafsunya membara juga. Sambil menjilat memek Dr. Sinta, tangan Yoga tak henti-henti meraba-raba paha dan seluruh tubuh Dr. Sinta. Dr. Sinta menjerit-jerit kecil disaat Yoga menghisap biji kelentitnya yang terasa nikmat. Terangkat-angkat pantat Dr. Sinta menahan cobaan tapi nikmat.

Yoga tak peduli dengan memek si perempuan sipit yang kedaluwarsa Air kencing itu. Mungkin Dr. Sinta tak mencuci memeknya sehabis kencing. Yoga mulai mengganas dan ingin menggarap cuilan atas tubuh Dr. Sinta juga.

Bibir Dr. Sinta kini menjadi mangsa ciuman Yoga dan jari-jemarinya meremas buah dada toge nan padat milik Dr. Sinta. Kelihatan pipi Dr. Sinta yang lembut dan putih itu berkembang menjadi kemerah-merahan kelika Yoga semakin mengganas. Yoga mulai membuka pakaian dan celana jeansnya. Yoga pun menanggalkan celana dalamnya dan mengeluarkan batang kontolnya yang telah usang mengeras. Batang kontol sepanjang enam inci itu mengganguk-angguk menunggu mangsanya.

“Jangan… tolong jangan lanjutkan…, saya minta maaf,” kata Dr. Sinta memohon belas kasihan.

“Sudah terlambat kau minta maaf. Sekarang kau rasakanlah kontol yang sudah disunat ku ni.” Yoga tertawa kecil.

Yoga mengurut batang kontolnya. Helm lingkaran warna coklat renta itu mengkilat. Sengaja didekatkan ke muka amoy anggun itu… Dr. Sinta tak menyangka batang penis kecil dan pendek waktu beliau periksa ahad kemudian sanggup tumbuh hingga sebesar itu.

“Sekali kau mencoba kontolku yang udah disunat ini, kau akan ketagihan. Rasakan sensasi dan kenikmatannya.”

Yoga terus mengangkangkan Dr. Sinta yang tidak berdaya itu kemudian kelihatan lubang memeknya terbuka lebar dan siap untuk digarapnya. Yoga tidak menunggu usang lagi.. yogapun menusukkan batang kontol yang pernah dihina sang dokter cina ke dalam liang memek Dr. Sinta yang masih sempit itu. Yoga mencicipi kenikmatan yang tidak terhingga ketika batang penisnya masuk menerobos ke dalam memek si amoy. Dr. Sinta hanya menutupi mukanya. “Jleb-jleb-jleb” blebes .. bunyi memek milik Dr. Sinta digenjoti Yoga dengan penuh nafsu.


Reza yang tadinya hanya menonton mulai beraksi sebab nafsunya juga ikut membahana badai, selain itu sebab reza juga sering membuka situs bokepdo.com, jadi nafsunya semakin beringas. Toket milik perempuan cina yang sintal itu diremas-remasinya.

Ketiak licin dokter amoy itu dicium dan dihirupinya. Cukup wangi ketiak dokter muda ini. Dr. Sinta kegelian dikala pengecap Reza mulai bolak-balik di kulit ketiaknya yang licin.

Yoga meneruskan aksinya. Batang kontolnya ditarik dari lubang memek Dr. Sinta. Diangkatnya tubuh dokter muda itu dan diletakkan di lantai. Diarahkan dokter amoy itu supaya merangkak. Kontolnya yang lembap dengan lendir memek Dr. Sinta didorongnya masuk dari belakang. Dr. Sinta hanya bisa mengerang. Terayun-ayun toketnya yang tergantung. kini mereka melaksanakan Doggy style

Reza yang mengamati saja tingkah laris Yoga dan Dr. Sinta tak sanggup lagi menahan nafsunya. Celananya dipelorotkan dan kontol miliknya yang sedikit lebih besar dengan milik Yoga berdiri menegang dengan keras. Kontol itu dipaksakankan masuk ke ekspresi Dr. Sinta.

“Sekarang hisap juga kontol yang udah sunat milikku. Nanti tentu kau akan mencicipi enaknya,” usik Reza sambil mengarahkan kontolnya yang besar dan panjang itu ke muka Dr. Sinta. Dr. Sinta hanya bisa melihat tanpa berani melawan.

“Buka mulutmu dan sedotilah, tunggu apa lagi,” perintah Reza dengan bunyi keras.
Dr. Sinta membuka ekspresi tanpa daya dan mulai mengecapi kepala licin bentuk helm jerman menerobos ke mulutnya. Dr. Sinta menghisap dan mengemut batang kontol yang besar hingga Reza mengerang-ngerang keenakan.

Lama-kelamaan Dr. Sinta telah keletihan dan hanya bisa menuruti saja perlakuan Yoga dan Reza kehadapnya. Akhirnya Dr. Sinta tidak bisa bertahan lagi dengan genjotan dari kontol Yoga dan beliau pun telah lembap berkeringat sebab hampir klimaks. Mata Dr. Sinta kelihatan amat kuyu dan keletihan sementara buah dadanya menegang tajam sebab mencicipi orgasme yang amat hebat, maklumlah kali pertama baginya dientot oleh lelaki yang bersunat. konto yang sebelumnya dianggapnya tidak menarik ternyata terasa sungguh hebat.

Akhirnya Dr. Sinta titik puncak dan air juice memeknya keluar juga dengan banyaknya dan kelihatan meleleh pada liang memeknya. Kali pertama Dr. Sinta menerima orgasme dari persetubuhannya dengan penis yang udah disunat. Sebelumnya sahabat lelakinya yang masih berkulup yang melayaninya ngentot. Mengerang andal si amoy anggun dikala beliau mengalami klimaks. Menggigil badannya mencicipi kenikmatan yang amat sangat.

Yoga juga turut orgasme menyusul sang dokter dikala melihat amoy muda yang anggun yang digenjotnya itu titik puncak dan beliau meraung berpengaruh dalam orgasme sambil menembak-nembakkan air kejantannya ke dalam liang memek Dr. Sinta. Perempuan cina itu sanggup mencicipi cairan panas menerpa kencang ke rongga rahimnya. Pangkal rahimnya terkemut-kemut menyedot benih laki-laki pribumi yang amat banyak. Mungkin dua buah zakar punya Yoga ngecrot disana mengosongkan seluruh amunisinya.

Reza juga tak tertahan lagi dikala ekspresi mungil yang hangat itu membelai batang penisnya. Reza yang belum pernah mencicipi kengahatan dari perempuan tak sanggup bertahan usang dan menembakkan air maninya ke dalam ekspresi Dr. Sinta. Dr. Sinta dengan lemah menelan semua mani dari kontol Reza. Terasa amis tapi ditelan juga.

“Sekarang kau nikmati kontol yang kau hina. Kau bilang tak ingin kontol yang sunat. bagaimana rasanya?”

“Enaak..” Dr. Sinta menjawab dengan perasaan malu.

Sekarang Dr. Sinta mengakui batang penis laki-laki lokal milik dua orang ini lebih nikmat dari batang sahabat lelakinya. Dia telah salah sangka. Dan beliau merasa bersalah sebab menghina kontol lelaki ini. Tapi bila dipikirkan ada pula hikmahnya. Dia sanggup menikmati batang penis yang dipotong kulit penutupnya. Rasanya juga nikmat. Dr. Sinta mulai berpikir untuk menyuruh sahabat lelakinya dikhitan juga.

Reza dan Yoga mengenakan pakaian dan meninggalkan dokter cina tersebut terbaring kecapekan di lantai.

“Tak sempat saya mencicipi memeknya amoy. Hisapannya niscaya dahsyat, saya sudah tak tahan.” Reza mengeluh perlahan.

“Kau jangan sedih. Minggu depan kita garap lagi dokter cina tu.”

Yoga dan Reza tertawa berderai dalam mobil. Yoga dan Reza menciptakan rencana mereka selanjutnya. Apalagi Reza bersikukuh ingin menikmati juga memek milik amoy yang anggun itu. Kali ini mereka akan mengajak seorang sahabat akrab mereka yang juga ingin merasai memek amoy yang ketat itu. Maklum saja dua orang jejaka jones ini belum pernah merasai nikmatnya ngentot. Hanya nyabun dan coli saja yang mereka tahu, itupun sudah terasa nikmat yang tak terhingga.

0 komentar:

Posting Komentar